Benedict de Spinoza
Geometri Euclid sangat mengagumkan dalam hal kepastiannya. Selama orang setuju dengan ke-33 komponen dasarnya, orang tidak akan bisa menolak konsekuensinya, yaitu proposisi-proposisi.
Dalam etika tampaknya tidak berlaku hal yang sama. Orang bisa setuju dengan asumsi-asumsi dasarnya, tetapi konsekuensi dari asumsi-asumsi tersebut tidak tentu sama bagi setiap orang.
Alangkah baiknya jika dalam etika kita bisa mendapatkan kepastian yang sama seperti dalam geometri. Kita tinggal mengatakan pada orang lain, Merokok di tempat umum itu tidak boleh,
atau Memacu kendaraan di dalam kompleks perumahan tidak diperbolehkan sekalipun tidak ada orang,
dan ketika orang mempertanyakan, Apa buktinya?
kita dapat membeberkan bukti kebenaran hal tersebut, disusul dengan persetujuan orang itu.
Bukankah seringkali yang terjadi, sebaik apapun argumen yang kita bangun, orang selalu dapat memberikan argumen tandingan yang menyalahkan kita dan membenarkan dirinya? Dan yang paling buruk adalah baik argumen kita maupun orang itu terlihat sama-sama masuk akal.
Benedict de Spinoza menulis sebuah buku berjudul Ethica, ordine geometrico demonstrata (Etika, didemonstrasikan secara geometri) dan dipublikasikan pada tahun 1677. Di dalamnya ia menyusun etika sebagai sebuah sistem deduktif yang dimulai dari sejumlah definisi dan aksioma untuk memberikan kepastian mengenai setiap pertimbangan etika kita.
Berikutnya: Seni lukis