Menentukan kebenaran kalimat dengan menggunakan negasinya

Apakah Joni serumah dengan Joni? Tanyakan pertanyaan tersebut kepada beberapa orang. Biasanya mereka akan menjawab tidak.

Mila

Joni ternyata serumah dengan Joni lho.

Enjel

Hah? Enggak lah!

Sekilas memang sepertinya tidak. Namun setelah kamu mempelajari logika sejauh ini, perkiraan yang sekilas-sekilas semacam ini patut dicurigai.

Mari kita tuliskan negasi kalimat tersebut. Jika kalimat aslinya ditulis sebaga r, berarti kalimat negasinya adalah ¬ r.

r = Joni serumah dengan Joni.
¬ r = Joni tidak serumah dengan Joni.

Kalimat ¬r pasti salah, bukan? Tidak mungkin Joni tidak serumah dengan dirinya sendiri. Karena kalimat ¬r salah, dengan sendirinya ini membuktikan bahwa kalimat r benar.

¬ rS
rB

Jadi apakah Joni serumah dengan Joni? Ternyata jawabannya ya.

Mengapa hal ini membingungkan? Karena kalimat-kalimat semacam ini hampir tidak pernah muncul dalam pembicaraan sehari-hari. (Ya iyalah, untuk apa pertanyaan ini ditanyakan?) Dengan tidak munculnya pertanyaan ini dalam pembicaraan sehari-hari, kita menjadi tidak pernah memikirkannya. Ketika kita menjumpai pertanyaan semacam ini, kita akan bingung membedakan antara hal ini memang salah, atau hal ini tidak pernah dibicarakan. Dalam beberapa kasus kita bahkan perlu mendefinisikan secara lebih tajam kata-kata yang digunakan.

Kesalahpahaman yang sering terjadi

Pikiran kita seringkali mengabaikan kata yang digunakan untuk negasi.

Amir

Kepala sekolah kita bukan kambing!

Herman

Wah, kurang ajar kamu! Kamu menista kepala sekolah!

Soni

Lho, kok menista?

Herman

Ya, karena dia bilang kepala sekolah kita bukan kambing!

Soni

Salahnya di mana? Kepala sekolah kita memang bukan kambing.

Herman

Kamu juga ikut menista! Jelas-jelas kepala sekolah kita manusia, mengapa dibilang bukan kambing?

¬ k = Kepala sekolah kita bukan kambing.

k = Kepala sekolah kita kambing.

Jadi karena Amir memaksudkan ¬ k, berarti ia tidak setuju k. Artinya, Amir tidak setuju bahwa kepala sekolahnya kambing.

Cobalah cari contoh-contoh serupa di sekitarmu. Carilah juga contoh serupa yang terdapat di berita baik di TV maupun media sosial.

Namun mengapa kesalahan seperti ini sering terjadi?

Reaksi awal kita adalah mengabaikan kata penghubung dan negasi

Pikiran kita tidak bekerja berdasarkan kata-kata saja. Pikiran kita mencermati kata-kata tertentu yang menarik, dan mengabaikan kata-kata penghubung maupun negasi.

Suatu hari, Bomi dan Mila sedang makan.

Bomi

Mila, kalau sedang makan begini, sebaiknya jangan berpikir mengenai tinja.

Mila

Bomi! Kamu menjijikkan! Aku kan sedang makan! Mengapa kamu menyebut-nyebut mengenai tinja!

Bomi

Lho, aku kan bilang jangan berpikir mengenai tinja. Mengapa kamu malah memikirkannya?

Sementara Bomi melarang Mila untuk berpikir mengenai tinja, Bomi sudah menyebut kata tinja. Jadi bayangan mengenai tinja muncul terlebih dahulu di kepala Mila. Begitulah cara pikiran kita bekerja, kata benda memunculkan makna terlebih dahulu sebelum kata penghubung dan negasi.

Jadi kalau kamu mengatakan, Saya tidak suka sama si anu, berhati-hatilah siapa tahu kamu akan menjadi suka.

Walaupun reaksi awal seperti itu, tetapi itu tidak menentukan benar salahnya kalimat awal

Latihan

  1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

    1. Apakah Keanu Reeves pernah menjadi laki-laki?
    2. Apakah velociraptor mirip dengan velociraptor?
    3. Pernahkah Indonesia merdeka?
    4. Apakah Atta Halilintar memakai jaket yang dipakai oleh Atta Halilintar?
    5. Apakah 5 tidak lebih besar dari 5?

Berikutnya: Konektor logika

Ditulis oleh
Ari Prasetyo
Ditulis pada
Terakhir diupdate
Dipublikasikan
Frase kunci
logika negasi